Dweller

Advertise

­ ­

Tuesday, March 15, 2011

Tipe-tipe Stalker


Stalker atau dalam bahasa Indonesia adalah Penguntit merupakan perilaku yang sangat meresahkan bagi para korbannya, bayangkan diri anda diikuti oleh seseorang tanpa sepengetahuan anda pastilah keadaan ini sangatlah mengganggu bagi anda sekalian, apalagi sam pai memberikan ancaman dan juga ketidaknyamanan kepada diri kita. Menurut Dr. J. Reid Moley yang merupakan seorang penulis dari Violent Attachments dan yang juga merupakan editor dari The Psychology of Stalking mengatakan bahwa bentuk cinta patologis biasa muncul pada kaum pria. Yang mana gejalanya selalu diikuti oleh gejala sebagai berikut:

1. Setelah pertemuan pertama, Stalker akan mengembangkan perasaan seperti kegila-gilaan dan menempatkan objek cinta mereka pada bentuk pemujaan.

2. Sang penguntit (stalker) kemudian akan memulai pendekatan kepada objek namun ketika hubungan itu terjadi stalker akan membuat perilaku mereka merujuk pada penolakan terhadap sang objek.

3. Penolakan yang ia lakukan kemudian akan menimbulkan delusi dan kemudian stalker tersebut akan memproyeksikan persaannya kepada sang objek dalam bentuk keyakinan bahwa “dia mencintai saya juga”.

4. Penguntit tersebut akan selalu mengembangkan sebuah bentuk kemarahan untuk menyembunyikan rasa malunya yang merupakan bahan bakar dari pengejaran terhadap objeknya. Sekarang ia ingin mengontrol kepada bentuk gangguan atau bahkan kekerasan.

5. Stalker memiliki keharusan dalam menyalurkan fantasi narsistisnya.

6. Kekerasan adalah hal yang paling sering dilakukan ketika objek cinta dituduh bersalah sebagai bentuk dari imajinasi akan pengkhianatan.
 

Meloy mengatakan bahwa setiap stalker adalah seorang psikopat yang dengan kata lain mereka memiliki taraf empati pada tingkat yang rendah atau telah kehilangan akan empati itu sama sekali. Hubungan yang mereka jalani cenderung menjadi sadistis dikarenakan berdasarkan akan keinginan untuk berkuasa atas yang lainnya. Dikatakan juga bahwa hal ini berhubungan dengan kedekatan awal masa kehidupan yang mereka alami, dimana mereka tidak mendapatkan kasih sayang yang baik dari oragn-orang terdekatnya (keluarga). Meloy juga mengatakan bahwa seorang psikopat secara biologis memiliki predisposisi untuk melakukan aktivitas antisosial karena mereka miliki sistem saraf otonomik yang hiper-reaktif. Kejahatan atau eksploitasi terhadap orang lain bersifat sangat menarik untuk mereka. Yang dengan demikian maka berarti mereka termotivasi untuk melakukan sesuatu yang menegangkan sistem saraf mereka dan mereka tidak memiliki perasaan saat menyakiti orang lain seperti halnya orang normal.

Menurut data Departemen Hukum di Amerika, selama setahun saja mereka telah menerima laporan bahwa 1,5 juta orang disana telah di-stalking dan lebih dari 2/3-nya adalah perempuan. Juga fakta bahwa 90% wanita dibunuh oleh suami atau pasangan mereka dengan sebelumnya telah di-stalking. Perbandingannya adalah 1 diantara 12 wanita dan 1 diantara 45 pria merupakan korban stalking di Amerika. Diramalkan kira-kira 10 juta orang akan menjadi korban stalker dimasa depan. Sedangkan diantara para selebritis dan orang-orang kelas atas sendiri, satu perusahaan keamanan telah mengumpulkan lebih dari 300.000 komunikasi yang berhubungan dengan kegiatan stalking.

Sementara banyak stalker hanya melakukan kejahatan dalam bentuk ancaman, hanya sedikit persentase yang membuktikan mereka melakukan ancaman mereka, menghancurkan properti dan menyakiti hewan peliharaan. Dengan meningkatnya popularitas Internet, Cyberstalking telah menjadi suatu bentuk baru dari lahan yang berbahaya. Banyak Stalker yang sebelumnya telah memiliki catatan kriminal dan juga menunjukkan adanya tindak kekerasan yang pernah dilakukan, gangguan mood, gangguan kepribadian atau juga psikosis. Setidaknya setengah dari stalker melakukan bentuk ancaman kepada korban mereka, dimana peningkatan kemungkinan untuk tindakan kekerasan semakin terjadi. Frekuensi dari tindaka kekerasan berkisar 25% sampai 35%, dengan kebanyakan tindak kekerasan terjadi diantara orang-orang yang sebelumnya memiliki hubungan yang romantis dimasa yang lalu.

Gangguan buruk ini terjadi karena Stress emosional yang hebat kepada target yang akan menjadi korban. Beberapa orang telah kehilangan pekerjaan mereka atau secara terpaksa mengganti identitas diri mereka dan berpindah. Kemungkinan mereka mendapatkan suatu bentuk kecemasan yang ekstrim, gangguan tidur dan juga depresi. Beberapa bahkan melakukan bunuh diri. Jika mereka memiliki anggota keluarga atau anak yang berada dibawah ancaman, mereka akan merasa bersalah dan memiliki rasa takut yang berlebihan kepada orang lain. walaupun kecelakaan ini dilaporkan, namun penahanan secara hukum hanya dapat dilakukan dalam lingkup kecil, terhadap gangguan yang bersifat verbal. Pada kenyataannya beberapa hukum telah digunakan sebagai suatu resiko dasar dari bahaya atau suatu bentuk pola kejadian sebelum perlindungan secara formal ditawarkan.

Tidak mudah untuk memprediksi siapa yang menjadi stalker. Mungkin saja ia adalah bekas pacar atau mungkin juga seseorang biasa yang telah menentukan targetnya dalam sebuah pertemuan dengan calon korban. Juga mungkin tetangga yang memiliki sikap permusuhan, atau seorang penjaga toko video dan mungkin juga hanya seseorang yang hanya pernah melihat korbannya di jalanan. Bahkan seseorang yang tidak memiliki obsesi terhadap tindakan pelecehan sebelumnya dapat menjadi pelaku dalam jenis kejahatan ini. Menurut Janet S. Rulo-Pierson, seorang konselor rumah sakit, hal ini dikarenakan mereka merubah secara perlahan dunia kenyataan ke dunia imajinasi yang ternyata lebih memberikan kenyamanan dan juga kekuatan.


Beberapa sifat-sifat stalker telah dikembangkan dan menurut Dr. Michael Zona dan koleganya dari University Of Southern California School Of Medicine, Stalker muncul dalam 3 varietas dengan corak jahat dalam stalking yang terbagi dalam 4 kategori penting, sebagai berikut:

1. Obsesi Sederhana
Hal ini kebanyakan terjadi pada seorang pria dengan seorang wanita, dimana keduanya pernah berada pada keadaan keintiman seksual.

2. Cinta Obsesional
Cinta-obsesional yang dimiliki seorang Stalker cenderung kepada pemikiran tentang seseorang selebritis atau seseorang yang telah ia lihat dari kejauhan dan kemudian dia (stalker) mengembangkan kepercayaan yang tidak realistis didalam kepalanya bahwa sang target memiliki persetujuan untuk menjalin hubungan dengan dirinya.

3. Erotomania
Seseorang yang mengalami keadaan ini memiliki tingkat obsesi yang lebih ekstrim dikarenakan mereka percaya dengan yakin bahwa korban mereka memiliki perasaan cinta kepada mereka.

4. Pencari Korban Secara Acak
Menuntut gangguan dan perilaku stalking ketika tidak ada, perilaku ini biasanya terjadi pada seseorang yang memiliki gangguan kepribadian histrionik.

 

Metode lain yang digunakan untuk kategorisasi stalker datang dari panduan klasifikasi tindak kejahatan milik F.B.I, sebagai berikut:

1. Non-domestic stalker, yaitu mereka yang melakukannya dengan tidak memiliki hubungan personal dengan korban.

2. Terorganisir, mereka yang melakukannya atas dasar kalkulasi dan tindak agresi yang terkendali.

3. Delusional, mereka yang melakukannya atas dasar keyakinan sesat seperti erotomania

4. Domestic stalker, mereka yang pernah memiliki hubungan dengan korban dan merasa termotivasi untuk melanjutkan hubungan, hal ini merupakan dasar dari 60% perilaku stalking dan bentuk agresi ini akan berlanjut pada bentuk kekerasan.

Stalker cenderung menjadi tidak terkendali atau dibawah kendali, tetapi selalu lebih cerdik dari pada bentuk kriminal yang lain. mereka sering kali memiliki pengalaman gagal dalam sebuah hubungan. Mereka juga cenderung untuk menyakiti korban mereka dan juga secara seksual. Mereka juga selalu mengidealisasikan orang lain, dan cenderung meminimalisasi apa yang mereka kerjakan untuk terlihat. Proyek yang bermotif kepada orang-orang biasanya tidak memiliki dasar yang benar, dan merasionalisasi bahwa target memang pantas untuk menerima gangguan dan juga kekerasan.

Demikian, stalker melihat aksi mereka dengan kerangka kerja yang berdasarkan pada waham dan mereka juga tidak membutuhkan bantuan saat melakukan aksinya. Bahkan sebagian melakukannya dengan cara yang profesional. setiap pelaku kasus yang ada dalam suatu kejadian sebenarnya dapat diperbaiki dengan menyerahkannya kepada terapis.


0 komentar:

Post a Comment

 
Powered by Blogger